Segala puji bagi Allah. Salawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah.
Amma ba’du.
Pendidikan adalah upaya untuk membina dan mengasuh serta menggembleng manusia dalam rangka menggapai tujuan yang mulia, yaitu mengabdi kepada Allah ta’ala. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (Adz-Dzariyat : 56)
Dalam bahasa arab dan istilah para ulama, pendidikan sering disebut dengan nama ‘tarbiyah’. Untuk lebih mengenal makna istilah ini mari kita simak keterangan ulama. Al-Baidhawi mengatakan, “Rabb pada dasarnya bermakna dari asal kata tarbiyah, yaitu mengantarkan sesuatu menuju kesempurnaan setahap demi setahap.” Keterangan serupa disampaikan oleh Ar-Raghib Al-Ashfahani. Beliau mengatakan, “Kata rabb pada asalnya berakar dari kata tarbiyah, yaitu menumbuhkan sesuatu dari suatu keadaan menuju keadaan lain hingga mencapai derajat kesempurnaan.” (lihat Ushul at-Tarbiyah al-Islamiyah, hal 19)
Diantara faidah dan fungsi dari tarbiyah ini adalah guna membina kepribadian seorang muslim supaya bisa mewujudkan makna penghambaan yang sebenarnya di dalam kehidupannya sehari-hari. Beribadah kepada Allah tidak akan terlaksana jika seorang insan tidak menggembleng jiwanya untuk taat, tunduk kepada perintah dan larangan Allah, serta mematuhi rambu-rambu syari’at.
Sebagaimana telah kita mengerti, bahwa ibadah mencakup segala hal yang dicintai dan diridhai Allah, berupa ucapan maupun perbuatan, yang tampak ataupun yang tersembunyi. Dari sinilah, dibutuhkan sarana, media, dan upaya yang jelas dan serius dalam memperbaiki kondisi masyarakat menuju tercapainya tujuan pendidikan ini.
Oleh sebab itu, Allah telah menjelaskan kunci-kunci perbaikan insan di dalam surat yang ringkas namun sarat ilmu, yaitu surat Al-’Ashr. Allah berfirman (yang artinya), “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, beramal salih, saling menasihati dalam kebenaran, dan saling menasihati untuk menetapi kesabaran.” (Al-’Ashr : 1-3)
Keberuntungan hidup dan kebahagiaan sejati hanya bisa diraih dengan menapaki jalan-jalan ini; ilmu, amal, dakwah, dan sabar. Sebagaimana diisyaratkan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah dalam mukadimah risalah beliau Tsalatsatul Ushul/Tiga Landasan Utama. Untuk itulah, diperlukan tahapan dan proses menuju ke arah sana.
Membentuk insan yang beriman, mendidik pribadi yang tekun beramal salih, mencetak manusia yang berjiwa dakwah, dan menempa individu yang sabar dalam menjalani kehidupan dan cobaan. Ini semuanya tentu membutuhkan kesadaran yang kuat dan semangat baja dalam membuka jalan-jalan kebaikan.
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum kecuali apabila mereka sendiri yang mengubah apa-apa yang ada pada diri mereka.” (Ar-Ra’d : 11)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya niscaya Allah pahamkan ia dalam hal agama.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Imam Ahmad rahimahullah mengatakan, “Manusia jauh lebih membutuhkan ilmu daripada makanan dan minuman. Karena makanan dan minuman dalam sehari cukup sekali atau dua kali saja, sedangkan ilmu diperlukan sebanyak hembusan nafas.” Sungguh benar apa yang beliau katakan…
Kaum muslimin yang dirahmati Allah, apabila kita melihat realita yang ada di tengah umat manusia. Maka akan kita dapati bahwa kebanyakan orang sibuk dan mengejar perkara-perkara yang bersifat sementara dan fana. Mereka lupa akan jalan-jalan yang sesungguhnya akan menuntun mereka kepada kebahagiaan hidup yang abadi.
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku niscaya dia tidak akan sesat dan tidak pula celaka.” (Thaha : 123)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah akan memuliakan sebagian kaum dengan Kitab ini -al-Qur’an- dan akan merendahkan sebagian kaum yang lain dengan Kitab ini pula.” (HR. Muslim)
Orang-orang yang berpegang-teguh dengan petunjuk al-Qur’an dan tunduk kepada ajarannya tentu akan meraup keberuntungan serta kebahagiaan hidup yang sesungguhnya. Adapun orang yang berpaling dari al-Qur’an, mencampakkan bimbingan Rasul di balik punggungnya, lebih mengejar kesenangan dunia dan kemegahan materi yang fana, maka kesengsaraan itulah kesudahan hidupnya.
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang menentang rasul itu setelah jelas baginya petunjuk, dan mengikuti selain jalan orang-orang beriman, maka Kami akan membiarkan dirinya terombang-ambing dalam kesesatan yang dia pilih, dan Kami akan memasukkannya ke dalam Jahannam, dan sesungguhnya Jahannam itu adalah seburuk-buruk tempat kembali.” (An-Nisaa’ : 115)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Katakanlah; Maukah aku kabarkan kepada kalian tentang orang-orang yang paling merugi amalnya; yaitu orang-orang yang sia-sia usahanya dalam kehidupan dunia sementara mereka menyangka telah berbuat sebaik-baiknya.” (Al-Kahfi : 103-104)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada orang-orang sebelummu; Jika kamu berbuat syirik pasti akan lenyap seluruh amalmu dan kamu benar-benar akan termasuk orang yang merugi.” (Az-Zumar : 65)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang mencari selain Islam sebagai agama, maka tidak akan diterima darinya, dan kelak di akhirat dia termasuk kalangan orang yang merugi.” (Ali ‘Imran : 85)
Dari sinilah, kita mengetahui letak pentingnya pendidikan Islam, pembinaan akidah dan tauhid, serta penyebaran materi dakwah tauhid kepada segenap masyarakat di berbagai penjuru negeri. Karena dengan tauhid inilah umat manusia akan menemukan kebahagiaan yang sebenarnya. Tanpa tauhid dan keimanan yang lurus maka kehidupan ini tiada artinya selain mengantarkan manusia ke jurang-jurang neraka.